(Read the ENG Version here.) Kita semua memiliki sungai Yordan kita masing-masing yang perlu diseberangi. Apa yang menjadi Yordanmu hari ini? Apakah itu sakit-penyakit, pergumulan keluarga, kecacatan, pergumulan keuangan atau bahkan intimidasi dan godaan si jahat yang membelenggu hidupmu dalam dosa? (image courtesy : pastorsponderings.org)
Apapun sungai Yordan kita hari ini, kita tentu dapat menyebranginya sendiri, tapi dengan usaha yang berdarah-darah. Namun, ketika kita membiarkan Tuhan yang mengambil alih, maka kita akan melihat bagaimana Tuhan bekerja menghentikan air sungai itu mengalir untuk kita lewati.
Tulisan ini mungkin sedikit lebih panjang, tetapi saya mendapatkan pewahyuan yang sangat indah dari Tuhan mengenai perikop ini. Jadi, sabar sedikit sengan saya dan berharaplah sesuatu terjadi ketika membaca setiap Firman Tuhan, karena Dia adalah Allah yang penuh kasih dan Dia sanggup mengubahkan hidupmu dan memutuskan belenggumu denganFirmanNya.
Yosua bangun pagi-pagi, lalu ia dan semua orang Israel berangkat dari Sitim, dan sampailah mereka ke sungai Yordan, maka bermalamlah mereka di sana, sebelum menyeberang. (Yosua 3:1)
Saya akan menggaris bawahi beberapa kata dalam ayat-ayat ini sebagai tanda untuk kata-kata kunci yang begitu menguatkan saya. Kita tentunya membutuhkan Tuhan dalam menyebrangi sungai kita, tetapi ada beberapa respon hati yang menjadi bagian kita yang Tuhan butuhkan.
- Pagi-pagi : Allah akan memperlengkapi kita dengan kekuatan dan kasih karuniaNya, itu pasti, tapi Tuhan membutuhkan “hati yang bersiap” dari kita! Yosua bangun pagi-pagi sebagai tanda bahwa dia memiliki niat hati untuk mempersiapkan dirinya dengan baik, dia mempersiapkan dirinya untuk sebuah pertarungan iman atas apakah mereka dapat menyebrangi sungai Yordan di depan mereka. Yosua adalah seorang yang beriman, tapi itu tidak membuatnya meremehkan segalanya. Memiliki iman bahwa Tuhan akan melakukan sesuatu untuk menolong kita jangan lantas membuat kita “malas” atau “menganggap remeh”, tapi justru bersiaplah lebih lagi!
- Berangkat : Berangkatlah dengan hati yang berani dan penuh dengan iman. Terkadang kita penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran sebelum kita melangkah, tetapi tetapkan langkahmu dan berangkatlah! Tuhan akan menuntun kita di sepanjang jalan kita, Dia akan membawa kita pada kemenangan dan sisi lain dari sungai Yordan. Tuhan tidak bisa menuntun kita jika kita tidak melangkahkan kaki ini.
- Bermalamlah : Jangan tergesa-gesa! Bawa segala hal di dalam doa dengan ucapan syuukr (Filipi 4:6). Jika kita mau bergegas dan tergesa-gesa, maka tergesa-gesalah bagi keselamatan jiwa-jiwa, tetapi tidak perlu tergesa-gesa dalam proses, percayalah pada waktuNya, minta tuntunan Tuhan dalam menyebranginya, Dia tentu akan memberikan jalan. Tetaplah berjalan dalam hadirat Allah, kita akan sampai tepat pada waktunya. Seperti Tuhan menolong saya sempurna tepat pada waktunya dari sakit eksim akut ini – tepat saat saya akan prewedding, saat hari pernikahan saya dan semuanya dibuatNya tepat waktu.
Setelah lewat tiga hari, para pengatur pasukan menjalani seluruh perkemahan, dan memberi perintah kepada bangsa itu, katanya: “Segera sesudah kamu melihat tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka kamu harus juga berangkat dari tempatmu dan mengikutinya— hanya antara kamu dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya–maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu.” (Yosua 3:2-4)
Jangan pernah melangkah sebelum kita bisa menaruh Tuhan di atas segalanya. Walaupun dibutuhkan waktu 3 hari atau lebih untuk dapat merendahkan diri dan hati di hadapanNya sampai kita bisa menyerahkan kemudi hidup ini padaNya. Baru setelah itu, melangkahlah.
- Melihat : Mulailah melihat segalanya terjadi hanya oleh kasih karunia Allah untuk kita. Bersyukurlah atas segala sesuatu dimana tidak ada sesuatu halpun yang layak kita terima. Ketika kita masih bernafas, ketahuilah bahwa setiap nafas yang kita hela adalah dariNya – dan bukan sesuatu yang secara otomatis terjadi. Atas dasar kasih karuniaNya, kita bisa bernafas dan melakukan banyak hal. Sadari ini untuk dapat mengerti hatiNya bagi setiap kita.
- Berangkat dari tempatmu & Ikuti : Ada waktu dimana kita perlu untuk keluar dari kotak kita dan mulai ikuti kehendakNya. Kotak yang berisikan segala kecemasan, persoalan, tuntutan dan ketakutan. Ketika yang kita lakukan hanyalah menuntut maka kita tidak memberi ruang bagi Tuhan untuk berbicara dan menuntun kita. Tenanglah dan milikilah rasa aman dalam Tuhan. Maka kita akan mengetahui jalan yang harus kita tempuh, jalan yang belum pernah kita lalui itu. Dia adalah Allah yang tidak akan membiarkan kita berjalan sendiri.
- Harus ada jarak : Ini bukan berarti untuk menjaga jarak dengan Allah. Karena hanya di dalam hadiratNya lah ada damai sejahtera dan sukacita, hanya di dalamNya kita dapat tenang dan mendapatkan harta yang terindah yang tidak bisa dinilai dengan apapun juga. Tapi adalah untuk mengarahkan mata kita kepada rencananya sehingga kita dapat melihat lebih jelas rencanaNya. Jangan mengarahkan mata kita hanya pada saat ini akan apa yang terlihat tapi jauh kedepan untuk rancangan yang besar dari segala yang kita hadapi hari ini. Persis seperti jika kita menaruh pensil tepat didepan pupil mata kita, bukankah yang terlihat hanyalah gambaran samar dari warna pensil tersebut? Tapi ketika kita mengadakan jarak antara pensil itu dan mata kita, maka akan terlihat pensil itu seutuhnya dengan jelas.
Berkatalah Yosua kepada bangsa itu: “Kuduskanlah dirimu, sebab besok TUHAN akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kamu.” Dan kepada para imam itu Yosua berkata, demikian: “Angkatlah tabut perjanjian dan menyeberanglah di depan bangsa itu.” Maka mereka mengangkat tabut perjanjian dan berjalan di depan bangsa itu. (Yosua 3: 5-6)
Untuk menerima sebuah mujizat itu mudah, Dia adalah Allah pencipta dunia, mujizat adalah pekerjaanNya setiap detik. Tetapi Tuhan ingin kita tidak hanya menerima 1 mujizat tetapi mengalami mujizatNya setiap hari sepanjang hidup kita. Itulah kenapa Dia memproses kita untuk menguduskan bejana ini untuk menerima lebih banyak lagi dari apa yang kita minta. Apa yang mata tak pernah lihat, telinga tak pernah dengar dan hati tak pernah bayangkan akan diberikanNya (1 Korintus 2:9).
Dikatakan bahwa Tuhan akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kita, kalau begitu bukankah seharusnya kita lebih lagi menguduskan diri? Bukan semata untuk berkatNya tapi untuk sebuah hubungan yang dekat dengan si Pemberi berkat itu. “Ketika kamu suka banget dengan sebuah roti, tentu kamu bisa mendapatkannya 1 per 1 dengan cara membelinya. Tapi lain cerita ketika kamu menikah dengan si pembuat roti tersebut, maka tentu kamu akan memiliki sepabrik roti itu.” Ini mungkin hanya perumpaan sederhana yang bisa menjelaskan apa yang akan kita terima ketika kita memiliki hubungan yang intim dengal Allah (dalam arti kudus), saya percaya banyak sekali yang akan kita terima.
Dan TUHAN berfirman kepada Yosua: “Pada hari inilah Aku mulai membesarkan namamu di mata seluruh orang Israel, supaya mereka tahu, bahwa seperti dahulu Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau. Maka kauperintahkanlah kepada para imam pengangkat tabut perjanjian itu, demikian: Setelah kamu sampai ke tepi air sungai Yordan, haruslah kamu tetap berdiri di sungai Yordan itu.” Lalu berkatalah Yosua kepada orang Israel: “Datanglah dekat dan dengarkanlah firman TUHAN, Allahmu.”
Lagi kata Yosua: “Dari hal inilah akan kamu ketahui, bahwa Allah yang hidup ada di tengah-tengah kamu dan bahwa sungguh-sungguh akan dihalau-Nya orang Kanaan, orang Het, orang Hewi, orang Feris, orang Girgasi, orang Amori dan orang Yebus itu dari depan kamu: sesungguhnya, tabut perjanjian Tuhan semesta bumi berjalan menyeberang di depan kamu, masuk ke sungai Yordan. Maka sekarang, pilihlah dua belas orang dari suku-suku Israel, seorang dari tiap-tiap suku. Segera sesudah kaki para imam pengangkat tabut TUHAN, Tuhan semesta bumi, berhenti di dalam air sungai Yordan, maka air sungai Yordan itu akan terputus; air yang turun dari hulu akan berhenti mengalir menjadi bendungan.” (Yosua 3:7-13)
- Belajar dari Yosua : Saya belajar banyak hal dari Yosua dalam ayat ini. Kata-kata yang digarisbawahi pada ayat 7 adalah perkataan Tuhan lanngsung pada Yosua “Aku menyertai kamu (Yosua),” tapi coba kita lihat apa yang dikatakan Yosua pada bangsanya di ayat ke-10, “bahwa Allah yang hidup di tengah-teangah kamu (Bangsa Israel . bangsanya)”. Sungguh seorang pemimpin yang besar dan rendah hati! Pelajaran pertama : Bahkan ketika Tuhan Allah berfirman secara langsung padanya, itu tidak membuat dirinya memegahkan diri dengan otoritas itu sebagai orang yang diurapi Tuhan. Pelajaran kedua : adalah bagaimana dia sebagai seorang pemimpin menaruh bangsanya dalam hatinya. Dia bukanlah Yosua lagi, Dia adalah bangsa Israel, Dialah Israel. Sehingga apapun yang dialaminya bersama Tuhan, juga dibuatnya dialami oleh bangsanya.
- Tetap berdiri di sungai itu : Perhatikan seperti tertulis, ketika kaki para imam itu berhenti di dalam sungai Yordan atau dalam terjemahan NIV nya :“when you reach the edge of the Jordan’s waters,” – Seberapa banyak dari kita yang menyerah tepat di ujung dari pergumulan kita? Ketika semua terlihat sangat berat dan mustahil? Tuhan kita tidak pernah terlambat! Bahkan ketika kaki kita telah bearada diujung sungai dan menyentuh airnya, tetap berdiri !
- Dari hal inilah kamu ketahui, bahwa Allah yang hidup ada ditengah-tengah kamu : Tahukah kenapa Allah suka bekerja di dalam kemustahilan? Agar jangan kita bermegah atas usaha kita sendiri dan agar kita tahu bahwa Allah yang menyertai kita adalah Allah yang hidup dan nyata bekerja ditengah-tengah kita! Dengan demikian, Tuhan memberikan kita alasan bagi kita untuk tidak lagi takut, dengan melihat pekerjaan tanganNya yang ajaib dan besar.
Ketika bangsa itu berangkat dari tempat perkemahan mereka untuk menyeberangi sungai Yordan, para imam pengangkat tabut perjanjian itu berjalan di depan bangsa itu. Segera sesudah para pengangkat tabut itu sampai ke sungai Yordan, dan para imam pengangkat tabut itu mencelupkan kakinya ke dalam air di tepi sungai itu—sungai Yordan itu sebak sampai meluap sepanjang tepinya selama musim menuai-– maka berhentilah air itu mengalir. Air yang turun dari hulu melonjak menjadi bendungan, jauh sekali, di dekat Adam, kota yang terletak di sebelah Sartan, sedang air yang turun ke Laut Araba itu, yakni Laut Asin, terputus sama sekali. Lalu menyeberanglah bangsa itu, di tentangan Yerikho. (Yosua 3: 14-16)
- Tabut perjanjian itu berjalan di depan bangsa itu : Roh kudus akan berjalan di depan kita untuk menuntun langkah kita dalam segala hal yang kita lakukan dan setiap langkah yang kita ambil — Bahkan ketika kita salah mengambil langkah, Tuhan itu seperti GPS, yang akan merekalkulasi jalan kita kembali ke jalanNya yang benar, jadi tidak perlu takut karena Dia adalah Allah yang besar. Cukup arahkan mata dan hati kita padaNya.
- Sebak sampai meluap selama musim menuai : Sungai Yordan saat itu sedang dalam keadaan banjir dan meluap sampai ke tepi-tepinya. Saya bisa bayangkan arus saat itu tentu sangat kencang dan membahayakan. Dimanakah tahap sungai Yordan mu hari ini? Apapun kondisi dan situasi mu hari ini, ketahuilah bahwa Dialah Allah – dan tidak ada yang dapat menghentikan tanganNya yang terulur.
- Tepi air : Dan ketika Tuhan menyentuh tepi air kita, maka segala pergumulan kita hanya akan berhenti, melonjak menjauh meninggalkan kita, dan terputus ! Lihatlah betapa besar Allah kita. Tuhan akan menyebrangkan kita sampai tiba di seberang dari sungai Yordan itu, sampai hidup kita berbalik sepenuhnya dari segala pergumulan kita. Tidak ada yang mustahil bagiNya. Dan ketika Tuhan sanggup menghentikan dan membelah sungai Yordan 2,000 tahun yang lalu maka Dia juga sanggup mengangkat kita dari segala pergumulan kita.
Tetapi para imam pengangkat tabut perjanjian TUHAN itu tetap berdiri di tanah yang kering, di tengah-tengah sungai Yordan, sedang seluruh bangsa Israel menyeberang di tanah yang kering, sampai seluruh bangsa itu selesai menyeberangi sungai Yordan. (Yosua 3:17)
- Tetap berdiri : Dalam segala hal yang Tuhan telah janjikan dan wahyukan pada kita, tetap berdiri saja didalam hadiratNya, jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri (Yosua 1:7). Jangan lari lagi dari naunganNya, tapi semakin mendekat dan melakatlah pada Tuhan bahkan ketika kita telah menerima mujizatNya. Terkadang masa tersulit untuk kita mendekat padaNya bukan saat kita berada di bawah pergumulan malah saat kita berada di zona nyaman. Itulah kenapa dalam Yakobus 1:2-3 dikatakan (“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan”).
- Sampai seluruh bangsa itu selesai menyebrangi sungai Yordan : Dia adalah Allah yang setia. Dia begitu sabar terhadap kita anak-anakNya. Tidak peduli berapa sering kita telah mengecewakannNya, Dia tetap setia dan sabar sampai seluruh kita menyebranginya.
Roma 11:25 (Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk.)
One thought on “[IND] Menyebrangi Yordan”