Saya pernah membaca ungkapan bahwa anak kita itu ibarat secarik kertas , sehingga apapun yang ada didalam kertas itu adalah apa yang kita tuliskan didalamnya. Baik itu kebiasaan, nilai dan norma ataupun karakternya.
Kalau saya, lebih melihat bahwa anak kita itu ibarat papan tulis, sedangkan kita orang tua adalah spidol non-permanen. Kenapa begitu? Karena dalam mendidik Eegan, benar-benar saya harus melakukan repetisi atau berulang-ulang. Ibaratnya saya harus tulis-hapus, tulis dan hapus lagi. Hari ini di ajarin papi mana, bisa, besok lupa lagi.
Yah, namanya juga anak kecil ya kan moms. Tapi itulah uniknya. Sebagai seorang ibu, saya belajar untuk bersabar dan mengisi spidol saya sebelum spidol saya menjadi kering. Caranya adalah dengan banyak mencari inspirasi dalam hal parenting dan menambah wawasan baik itu melalui bacaan, pengalaman moms lain ataupun belajar dari kesalahan saya sendiri.
Saya percaya bahwa karakter dan respon anak sedikit banyak terbentuk dengan bagaimana mereka melihat kita dalam keseharian kita bersama mereka. Saya pernah membaca sebuah cerita dimana sang anak yang sudah dewasa ini belajar untuk memiliki respon yang baik terhadap sebuah masalah dari sebuah momen bersama ibunya yang tak terlupakan. Sang ibu yang sedang membuat kue secara tidak sengaja menjatuhkan kue yang telah dibuat dan dihiasnya sedari pagi ke atas meja, tapi bukannya menjadi marah dan uring, si ibu malah mengambil 3 sendok kecil dan mengajak kedua gadis kecilnya untuk makan bersama, “what are you waiting for, girls? Let’s dig in!” .
Dari cerita ini, kita bisa belajar bahwa kita bisa menjadi inspirasi bahkan role model bagi anak-anak. Untuk itu kita perlu untuk selalu meng-upgrade diri to be inspired and then inspiring. Keep inspiring, mothers! Remember that we are raising nations!
Saya termasuk yg kurang sepakat anak adalah kertas kosong, tapi saya sepakat dgn analoginya mbak, papan tulis dengan spidol boardmarker 👍 Salam kenal mb Marlisa ☺
LikeLike