Salah satu komponen terpenting dalam sebuah hubungan keluarga adalah kominukasi. Komunikasi yang buruk pasti merusak setiap hubungan. I languange ini merupakan salah satu cara berkomunikasi yang dapat kita biasakan dan terapkan di hubungan keluarga khususnya hubungan suami istri moms. Mensharingkan hal ini bukan berarti saya pun sudah menguasainya, tapi masih tahap terus membiasakan diri menerapkan ini. Sharing ini saya dapatkan dari seorang counselor ditempat dahulu saya bekerja, hopefully it helps – karena menurut saya it’s so good to know and do.
Seringkali dalam sebuah perseteruan kita tanpa sadar selalu menyerang suami dengan pernyataan-pernyataan yang menuduh, demikian sebaliknya suami. Kalimat seperti “kamu sih … ” , “harusnya kamu begini, kamu gimana sih!” , “kamu tuh selalu aja begitu.” , atau “kamu ga pernah ngerti.”
Selalu kata kamu yang dimulai, inilah yang disebut You Language. You language jika digunakan dalam percekcokam justru memperburuk keadaan, karena pihak yang di sasar selalu akan merasa dituduh, dipojokkan, atau disalahkan.
Dalam situasi panas, coba kita ganti You Language ini dengan I Language. Dimana lebih fokus ke kata “aku”. Misalnya, “Yank, aku nih ngerasa ga nyaman melihat kamu jalan sama dia.” , “aku pengen kamu lebih pengertian” , “aku ga suka … ” , “aku tersinggung kalau …”
Moms bisa membayangkan perbedaan dari efek yang ditimbulkan ya kan, moms. Akan jauh lebih meredam situasi panas saat kita menggunakan I Language.
Namun hal ini tentu perlu yang namanya dibiasakan. Karena saat terpancing emosi, respon pertama kita biasanya adalah menyalahkan. I got to say, menerapkan i language ini sangatlah sulit terlebih di tengah percekcokan. Untuk itu bisa kita latih setiap hari saat ngobrol sehari-hari bersama suami stau anak. Semakin banyak latihan tentu akan semakin memolea kebiasaan kita dalam merubah teknik komunikasi kita.