Ada sebutan yang lagi populer di jaman sekarang ini, yaitu generasi micin. Dari jaman dulu hingga sekarang, kebanyakan orang memilih untuk tidak mengonsumsi MSG berdasarkan kata orang bawah “micin itu berbahaya!”. Studi menunjukkan, MSG tidak seberbahaya yang kita pikirkan lho moms. Saya coba ulas dari sisi penelitian ilmiah yang saya research yah.
MSG adalah singkatan dari monosodium glutamate. Asam glutamate ini juga terdapat dalam hampir semua bahan makanan, salah satunya seperti tomat, dan bahkan ASI (Air Susu Ibu) mengandung asam glutamat yang cukup tinggi. Tubuh manusia sendiri juga memproduksi zat glutamat tersebut.
Asam glutamat dalam MSG ini sendiri diproduksi dengan cara fermentasi dan tidak ada bedanya dengan glutamate alami dalam bahan makanan (healthline.com). Yang membedakan apa? Adalah bagaimana tubuh kita menyerap glutamat dari MSG dan bahan makanan. Jika pada bahan makan, tubuh harus memecah dulu molekul protein pada bahan makanan tersebut kemudian meyerap MSGnya, sedangkan mengonsumsi MSG secara langsung akan terserap secara langsung pula.
MSG digunakan untuk memberikan rasa gurih pada makanan dan banyak digunakan dalam dunia medis saat pasien tidak memiliki nafsu makan sama sekali, dimana lebih baik ketika pasien tersebut makan sehingga dapat menyerap nutrisinya daripada tidak makan sama sekali. Cukup logis ya alasannya.
Lalu kenapa MSG sampai hari ini dinilai begitu berbahaya? Hal ini berawal dari seorang pria di China yang mengeluhkan gejala sakit kepala dan kaku otot setelah makan di salah satu restoran yang menggunakan MSG. Sehingga hari ini kondisi sensitif MSG disebut Chinese Restaurant Syndrome (MSG Symptom Complex). Jadi memang benar faktanya bahwa ada beberapa orang yang sensitif terhadap MSG dan tidak dapat mengonsumsi MSG.
Dosis aman mengonsumsi MSG sendiri adalah 0.55-0.58 gr (USA) dan 1.2-1.7 gr (Asia) dalam satu porsi menu tidak lebih dari 3x sehari. Pengunaan dosis tinggi dapat menimbulkan beberapa gejala diatas. Penelitian pertama dilakukan pada seekor tikus yang disuntikkan MSG dalam dosis super tinggi dan terlihat ada reaksi kerusakan neuron/otak pada tikus tersebut. Namun, penggunaan dalam dosis normal tidak akan menimbulkan kerusakan / gejala penyakit.
Kesimpulannya, jika memang terdapat sensitivitas pada MSG maka lebih baik hindari, sedangkan jika tidak ada sensitivitas maka boleh dikonsumsi dalam dosis normal dan tidak berlebihan. MSG tidak akan menjadi racun saat dikonsumsi sewajarnya. Untuk anak-anak sendiri memang disarankan untuk menghindari MSG, terlebih mereka sudah mendapatkan kandungan glutamat tersebut dari ASI, dan bahan makanan yang ada.