Sebagai seorang anak broken home, saya bertumbuh menjadi anak yang cukup berprestasi di sekolah. Seiring bertambahnya angka perceraian di Indonesia, banyak yang merasa bahwa suatu hari anak akan mengerti dan tidak akan terimbas efek negatif. Namun, ini adalah sebuah kebohongan yang terus di tanamkan untuk membenarkan perceraian. Ada beberapa efek psikologis yang seorang anak rasakan pasca perceraian :
- Rasa benci terhadap salah satu orang tua
Selalu akan ada salah satu ornag tua yang lebih disalahkan dari sebuah perceraian, dan rasa benci yang tertanam pada anak akan ia bawa hingga ia dewasa nantinya. Rasa benci ini seringkali berkembang menjadi pikiran negatif, kriminal / jahat, bahkan penyakit. Banyak dari anak-anak pasca perceraian yang bertumbuh dalam kebencian berakhir dengan penyakit liver, kanker, dsb.
- Depresi
Depresi yang di alami anak bisa melalui berbagai bentuk, contohnya anak menyalahkan diri sendiri dan menangis setiap hari menghadapi kenyataan tersebut.
- Rasa tidak percaya diri
Sebuah perceraian juga dapat mempengaruhi rasa percaya diri anak saat ia beranjak dewasa nanti. Mulai dari malu akan oenamlilannya hingga rasa minder terhadap temannya. Rasa tidak percaya diri ini nantinya dapat mempengaruhi achievement atau dunia relasi anak.
- Tidak bisa percaya pada pasangan
Anak pasca perceraian juga cenderung menjadi lebih over protective terhadap pasangannya, karena dirinya tidak pernah merasakan sebuah keluarga yang utuh dan setia, sehingga rasa takut di sakiti atau ditinggalkan biasanya membuat anak takut untuk mencintai atau mencintai dengan penuh rasa curiga dan waswas.
- Memiliki resiko lebih tinggi untuk bercerai di masa depan
Perceraian telah menjadi salah satu solusi dalam konsep pemikiran anak. Sehingga saat ia berkeluarga dan ditimpa masalah, maka solusi ini dapat dengan mudah di keluarkan.
Perceraian merupakan sebuah pilihan oleh orang tua. Saya sebagai salah satu anak korban perceraian mengajak seluruh orang tua untuk kembali mempertimbangkan opsi ini, saya berharap seberat apapun masalah yang dihadapi, alangkah baiknya untuk mengusahakannya dahulu dan jauhkan perceraian sebagai sebuah solusi atau jalan keluar. Pandanglah perceraian sebagai sebuah jalan untuk lari dari masalah dan bukan solusi yang menyelesaikan masalah tersebut.