Perkenalkan wanita yang akan memenuhi lembar ini adalah Mama Yeni. Mama kandung saya yang kini berusia 60 tahun. Dan jari rasanya tergelitik untuk menceritakan masa muda nya yang penuh tantangan namun bagaimana mama tak pernah menyerah membesarkan anak-anaknya sendiri.
Perjalanan penuh tantangan sebagai seorang wanita Mama Yeni, dimulai dari pernikahannya dengan suami pertamanya. It was a happy marriage, Mama bercerita kala itu dia hidup bersama suami dan keluarga suami, dimana kala itu dia tidak kekurangan. Mama bahkan sempat melakukan kursus salon, belajar bikin kue. Mama memiliki 2 orang anak lelaki yang berusia SD disaat kehidupannya berubah. Her love was betrayed, dan Mama akhirnya keluar dari rumah keluarga suaminya meninggalkan kedua anaknya.
Hidup sendiri, Mama menjual emas kawinnya akhirnya membeli sebuah rumah dan tinggal sendiri.
Singkat cerita, akhirnya mama menikah lagi dengan seorang lelaki yang adalah ayah saya. Disaat dia mengira semua akan membaik karena telah menemukan tulang punggung keluarga, namun justru penderitaanya serasa baru dimulai.
Hidup dengan tidak memiliki tabungan dengan seorang suami yang lebih sering “jajan” diluar, bahkan ketika hamil, mama harus mengorek pinggir-pinggir lemari mencari uang sisa hias lemari saat pernikahan untuk membeli sayur dan cabai kala itu.
I personally think, that was the darkest moment yah. But she came back strong, satu sisi harus berhadapan dengan suami yang tidak setia dan melakukan kekerasan, mama memutuskan untuk membuka usaha. Mama mulai berjualan kue, dengan sedikit ilmu yang dia miliki, mama membuat cakwe dan berjualan tiap hari di pasar.
Singkat cerita, setelah banyak momen “ribut” dirumah dengan disaksikan anak-anaknya, beberapa kali menerima pukulan yang bahkan membuatnya kehilangan sedikit pendengarannya. Dengan hancur hati, mama akhirnya bercerai. I remember at that time, dikala banyak anak sedih dengan perceraian orang tua mereka, i feel relieved. Saya lega dan itu adalah masa dimana akhirnya saya merasa “aman”. Dikala banyak yang mengatakan mereka harus rujuk, sambil menangis saya harus minta mama untuk jangan rujuk. It maybe seems selfish, tapi tidak untuk mereka yang harus menyaksikan ibu sendiri disakiti atau hari-hari dimana kami harus bersembunyi dibalik selimut ketakuan mendengarkan suara mereka sedang melempar barang dan ribut. I was too afraid he will hurt her severely.
Akhirnya kami hidup berdua (sementara koko dibawa ke Jakarta dengan om dan papanya), mama mengumpulkan uang sedikit demi sedikit hingga akhirnya dia memiliki tabungan, bukan untuk dirinya. tapi untuk anak nya which is me bisa sekolah. Dia menyisihkan uang hasil jualannya setiap hari hingga bisa membiayai saya kuliah. Saat itu, disaat kami hidup berdua saja, memang kami ga berlebihan atau kaya, tapi i remember clearly that i was happy.
Tiap hari saya bersiap-siap ke sekolah sendiri sementara mama jm5 pagi sudah harus ke pasar, so i was forced to be independent, mengurus diri sendiri, belajar sendiri saat harus ujian atau ada PR. But i was happy. Setiap sore kami akan singgah dirumah teman mama yang adalah toko roti, saya yang masih SD kala itu akan menunggu mama mengobrol dengan temannya sembari membantu motong roti tawar atau merapihkan barang-barang di toko teman mama. Sedikit demi sedikit, saya tak lagi mengingat rasa takut dibawah selimut itu. Saya mulai merasa hari-hari berjalan normal tanpa ketakutan.
Setelah bercerai, papa akhirnya tinggal bersama istri muda nya yang seringkali kala itu membawa masalah untuk rumah tangga mama. My dad was a bad person, he is. Dia sudah sangat terkenal dengan label playboy di kota itu, dan memang dia memiliki banyak simpanan, namun yang terakhir ini sungguh memang sangat sangat membawa masalah untuk mama. I once hated her karena seringkali tipuannya membuat mama saya harus menderita pukulan. I hated her that i wanted to kill and burn her lol
(Baca perjalanan saya mengampuni papa saya dan istri simpanannya disini.)
(Baca kesaksian 3 anak efek broken home disini.)
But what i want to highlight here are :
- Never give up as a WOMAN and as a MOTHER. Belajar dari mama Yeni yang walaupun hidupnya dipenuhi lika liku penderitaan, namun karena mama ini tidak pernah menyerah, dia menjadi the most tough mom for me. Dan kini walau masih suka bikin kue karena katanya ga bisa berhenti kerja, namun ketiga anaknya at least sudah mandiri dan semua lulus kuliah, sudah menikah dan punya anak yang lucu-lucu.
- Kini mama bahkan sudah punya teman komunitas sendiri, bisa jalan-jalan sama temen, keluar kota, keluar negri atau cuma karaoke bareng.
- Selalu berusaha untuk bertahan dan hidup! Ga kebayang si kalau saat itu mama memutuskan untuk bunuh diri karena tantangan yang berat, mungkin i won’t be here or diriku akan sebatang kara dan entah jatuh kemana. But she chose to survive dan bangkit.
- Mama tak biarkan penderitaanya menjatuhkannya. Mama selalu cari cara gimana untuk bisa bertahan, dari mengais uang hingga berjualan semua dilakukan. You wouldn’t know, mama itu semua dikerjakan, dia selain jualan di pasar, dia juga jadi calo bikin paspor orang-orang untuk mencari uang. Jadi bayanginnya ibu-ibu jaman dulu bisa ke kantor imigrasi dan berhubungan sama orang-orang PNS.
- Selalu mau belajar, puji Tuhan mama selalu mau belajar, Mulai dari belajar salon, belajar bikin kjue, bahkan belajar cara urus paspor. Semua akhirnya kepakai as her life knowledge and experience. Jadi jangan pernah berhenti belajar, demikian juga anak-anak, anak-anak kita apalagi wanita ya harus nbelajar life experience, bukan cuma akademis. karena ilmu kehidupan itu yang akan menolong kita saat kita jatuh.
Dan satu value dari mama yang saya terus bawa hingga sekarang adalah INDEPENDENCE, atau mandiri. Mama sampai hari ini dia sudah tua pun, ga bergantung sama anak sama sekali. Justru kita yang malah lebih bergantung sama mama. Mama bisa naik motor, mau kemana dia pergi sendiri tanpa harus nunggu di anterin. Mau makan apa mau beli apa semua beli dengan uang hasil usaha sendiri, ga pernah sekali pun lho minta uang, and this is what precious about my mom yang menginspirasi ku juga untuk menjadi seorang wanita dan istri dan mama yang juga seperti itu. Hanya begantung dengan Tuhan.
Another value is KINDNESS atau kebaikan. Mama yang walau hidup ga berlebih, bahkan dulu di area kita hidup dikenal sebagai tabib, karena hobinya kasih obat-obatan kalau ada tetangga yang sakit. Jadi dulu tuh kalau ada tetangga yang sakit, semua dateng kerumah tanya obat apa or minta obat apa. And somehow i know, her kindness ga akan mengkhianatinya, God will show mercy to those who kind π
Be happy always, mama π